Sunday, April 15, 2007

KASIH SAYANG

Pada bulan Februari, kita selalu menyaksikan media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal yaitu Valentine’s Day. Biasanya mereka saling mengucapkan “selamat hari Valentine”, berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah “hari kasih sayang”. Benarkah demikian?
Sejarah Valentine’s Day
Sungguh merupakan hal yang ironis (menyedihkan) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri ‘terjun’ dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarahnya.
Pada tahun 469 pihak gereja yakni Paus Celecius menetapkan tanggal 14 Februari untuk mengenang kematian seorang pendeta yang bernama Saint Valentine yang tewas sebagai martir pada abad III (martir adalah istilah yang dipakai untuk orang-orang yang mati mempertahankan prinsip-prinsipnya) dan menetapkan menjadi Saint Valentine’s Day. Pastor Valentine ditangkap dan dipenjara karena menentang kebijakan kaisar Romawi (Cladius II) yang melarang pemuda-pemudi untuk menikah. Sang kaisar menginginkan pemuda-pemuda yang lajang untuk menjadi tentara dan pergi berperang. Tetapi sang pastor malah dengan diam-diam menikahkan sepasang muda-mudi. Hal ini diketahui oleh sang kaisar akibatnya sang dipancung pada tanggal 14 Februari 469.
Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta’ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!
Itulah sejarah Valentine’s Day yang sebenarnya, yang seluruhnya tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan “kasih sayang”, lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine?
Hukum Merayakan Hari Valentine
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya.Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabannya” (Al Isra’ : 36).
Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam juga telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam:
”Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).
Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah.
Ada Apa Dibalik Perayaan Valentine?
Allah telah berfirman dalam Al Baqoroh: 120.
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
Jelas sudah bahwa mereka senantiasa benci kepada kita kecuali kita berpartisipasi pada acara ritual mereka, model pakaian dan pola pikir yang mereka miliki. Dan perayaan Valentine adalah salah satu sarana mereka untuk memurtadkan kita tanpa kita sadari. Dan media massa seperti koran, tabloid, televisi, radio, majalah dan lain-lain, adalah sarana yang sangat efektif untuk kampanye program-program mereka. Jika terlibat didalamnya kita akan dijerumuskan kedalam kemaksiatan tanpa kita sadari.
Mari Istiqomah (Berpegang Teguh)
Tentunya sebagai kaum muslimin, demi menjaga kemurnian aqidah, kita wajib menumbuhkan kecintaan kita kepada Allah dan Rasulnya. Bila seseorang benar-benar mencintai Allah dan Rasulnya, maka orang tersebut akan berperilaku dan berpandangan bahwa apa yang baik adalah apa-apa yang baik menurut Allah dan Rasulnya dan yang buruk adalah buruk menurut Allah dan Rasulnya. Bukti kecintaan seseorang kepada Allah dapat dilihat dari sabda Rasulullah SAW: “Yang paling kuat ikatan imannya adalah orang yang apabila cinta dan benci, hanya karena Allah” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)
Indikasi kecintaan seseorang kepada Allah adalah apabila orang tersebut merasa berat melangkahkan kakinya kepada suatu kebathilan, kemaksiatan, pergaulan bebas, peringatan keagamaan kepercayaan lain termasuk Valentine’s Day. Sedangkan mereka yang benar-benar cinta kepada Allah akan senantiasa sering beribadah di malam hari dan apabila dibacakan ayat-ayat tentang surga mereka menangis karena kerinduannya dan apabila dibacakan ayat-ayat tentang neraka maka mereka akan berteriak seakan-akan bencana neraka jahannam itu ada diantara kedua telinganya.
Apabila seseorang sudah mampu menjadikan dirinya orang yang senantiasa merindukan akan gambaran surga dan takut akan siksa neraka, maka dalam setiap amalnya dia akan senantiasa berpegang teguh dan terikat pada hukum-hukum Allah. Dan ketika hal itu yang kita jalankan maka kita tidak akan tersesat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, jika kalian berpegang teguh kepada keduanya kalian tidak akan tersesat, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya”
Sudah saatnya kita aplikasikan cinta hakiki kita hanya kepada Allah dan Rasul-Nya dengan mendobrak dan mengingkari seluruh budaya jahiliyah yang berusaha ditanamkan oleh orang kafir barat kepada kaum muslimin. Sudah saatnyalah kita sadar dan melawan mereka yang berusaha menghalangi kebangkitan dan kejayaan Islam serta berusaha memadamkan cahaya Allah. Dengan apa? Tentu saja dengan senantiasa mengkaji dan memahami Al Qur’an dan As Sunah sebagai pedoman hidup kemudian diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari dan senantiasa berusaha menaati seluruh aturan yang telah diperintahkan Allah kepada manusia dan berusaha meninggalkan segala larangan-Nya.Semoga Allah memberikan kepada kita hidayah-Nya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya.

No comments: